Jenis Teknik Pembongkaran Bangunan yang Perlu Kamu Tahu!
Jenis Teknik Pembongkaran Bangunan yang Perlu Kamu Tahu!

Jenis Teknik Pembongkaran Bangunan yang Perlu Kamu Tahu!

Ternyata, membongkar gedung atau bangunan yang sudah tidak terpakai itu tidak bisa sembarangan, lho! Pembongkaran bangunan alias demolition sering kali dianggap remeh dalam dunia konstruksi. Padahal, jika teknik-teknik pembongkaran bangunan dimengerti dengan baik, proses pembongkaran tersebut bisa berjalan mulus, efisien, dan pastinya aman. -MegaBaja.co.id

Dalam proyek pembangunan atau renovasi, pembongkaran bukan hanya soal “menghancurkan” bangunan lama atau rusak. Lebih dari itu, pembongkaran adalah tahap penting yang membutuhkan perencanaan matang, teknik yang tepat, dan juga eksekusinya yang hati-hati.

Karena, bangunan itu tidak selalu berada di tempat yang luas atau sepi. Ada kalanya berada di lingkungan kota yang penduduknya padat. Maka dari itu, teknik pembongkarannya harus tepat dan aman. Tidak hanya untuk kru yang bekerja, tapi juga untuk bangunan sekitar area publik.

Berikut akan dibahas beberapa teknik pembongkaran bangunan. Simak sampai akhir, ya!

Apa Itu Pembongkaran Bangunan?

Apa Itu Pembongkaran Bangunan?

Pembongkaran bangunan adalah proses untuk merobohkan atau menghancurkan struktur bangunan, termasuk material yang dipakai saat bangunan itu dibangun. Biasanya, bangunan dibolehkan karena beberapa alasan. Seperti misalnya sudah tidak kayak pakai, strukturnya sudah tidak aman, beberapa bagiannya perlu diganti, atau pemiliknya ingin menjual tanah kosongnya saja.

Jika bangunan yang tidak layak itu tidak segera dibongkar, efeknya bisa sangat bahaya. Tidak hanya untuk orang yang tinggal di sana, tapi juga untuk orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, menurut Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA), perencanaan yang matang itu wajib sekali. Agar prosesnya aman, tidak ada cedera, san tidak sampai ada kecelakaan.

Teknik Pembongkaran Bangunan

Ada banyak hal yang dipikirkan sebelum merobohkan bangunan. Mulai dari struktur bangunan, lokasi, material yang dipakai, kekuatan bangunan, hingga risiko yang mungkin muncul jika prosesnya salah. Memilih teknik atau metode yang tepat sebelum memulai adalah kunci utama agar pembongkaran berjalan dengan aman.

Di bawah ini ada beberapa teknik pembongkaran bangunan. Seperti:

Implosion

Implosion atau ledakan adalah salah satu cara paling dramatis untuk merobohkan bangunan, sebab melibatkan bahan peledak. Bedanya dengan ledakan biasa, teknik ini akan membuat bangunan runtuh ke dalam, bukan ke luar.

Bahan peledak digunakan untuk menghancurkan penyangga vertikal utama. Penempatan bahan peledak dan pengaturan urutan ledakannya harus pas agar prosesnya aman dan berhasil. Teknik ini sering dipakai untuk menghancurkan gedung besar yang sudah tidak terpakai di area perkotaan.

Nah, supaya pembongkarannya sukses, tim peledak harus menganalisis struktur gedung dulu. Jadi, nantinya tahu bagian penting mana yang perlu dihancurkan dan bagaimana dampaknya ke area sekitar. Setelah itu, barulah menentukan jenis bahan peledak, lokasi pemasangannya, dan timing ledakannya agar semua berjalan sesuai rencana.

Implosion
Implosion

High Reach Arm

Teknik ini adalah cara tradisional untuk membongkar gedung. Biasanya cara ini memakai alat berat seperti ekskavator, tank, atau mesin besar lainnya. Alat berat tersebut dilengkapi dengan “senjata” penghancur, seperti palu, pengeruk, atau penghancur khusus.

Pemakaian teknik ini umumnya untuk bangunan dari beton bertulang, bata, baja, atau bahan campuran lainnya. High reach arm juga dianggap lebih aman dibanding teknik pembongkaran lainnya. Namun,  teknik ini hanya bisa digunakan pada bangunan bertingkat yang tingginya masih bisa dijangkau oleh lengan ekskavator.

Dalam pembangunan ini, tenaga manusia terbilang minim digunakan, karena menghindari risiko kecelakaan fatal. Meskipun beberapa alat berat yang dipakai juga punya alat khusus untuk menghancurkan beton keras, baja, atau material campuran, tapi tetap saja tidak bisa asal pakai. Butuh skill tinggi dan perhitungan matang. Kalau tidak hati-hati, bangunan yang roboh malah bisa jatuh ke arah ekskavatornya.

Crane dan Bola Besi

Sebenarnya, metode memakai crane dan bola besi ini sudah lama sekali dipakai untuk membongkar bangunan. Crane yang berfungsi seperti ayunan akan menggerakkan bola besi dan menabrakannya ke tembok. Bola besinya sendiri beratnya bisa sampai 6 ton, jadi hampir semua bagian bangunan bisa dihancurkan.

Sayangnya, cara ini sangat membutuhkan kecermatan yang tinggi. Operator cranenya harus yang berpengalaman. Karena mereka akan mengatur waktu dan kualitas ayunan. Dan hal ini sangat penting supaya pembongkarannya efektif. Kalau tidak cermat, hasilnya bisa dipastikan kacau.

Pembongkaran Selektif

Selanjutnya ada teknik pembongkaran selektif yang semakin banyak diminati. Teknik ini memungkinkan material dari bangunan lama dipakai kembali atau didaur ulang. Kayu, batu bata, logam, sampai beton diambil secara selektif, baik dari bagian dalam maupun luar bangunan. Kemudian, akan dimanfaatkan lagi untuk struktur baru.

Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi limbah bahan bangunan yang masih bisa dipakai. Sekaligus menjaga prosesnya tetap aman dan hemat biaya. Tapi, metode ini membutuhkan banyak tenaga kerja dan dinilai kurang efisien, baik itu dari segi waktu maupun biaya.

Hydraulic Bursting

Pembongkaran bangunan yang menggunakan teknik ini yaitu dengan memanfaatkan tekanan hidrolik super kuat untuk menghancurkan beton atau material keras lainnya. Teknik ini sering dipakai kalau hanya sebagian bangunan saja yang akan dibongkar tanpa membuat struktur sekitarnya ikut rusak.

Hydraulic Bursting
Hydraulic Bursting

Teknik satu ini hampir tidak menghasilkan suara bising atau getaran. Jadi, nyaman untuk lingkungan sekitar. Selain itu, prosesnya cukup presisi, sehingga cocok sekali untuk area sensitif.

Sayangnya, teknik hydraulic bursting tidak bisa digunakan untuk semua jenis material. Jadi, penggunaannya terbatas pada proyek-proyek tertentu saja. Terlebih, alat-alat hidroliknya memerlukan perawatan khusus dan operator yang terlatih supaya hasilnya maksimal.

Digerogoti dari Dalam

Salah satu metode pembongkaran bangunan yang lebih halus dan ramah lingkungan diperkenalkan oleh perusahaan Jepang, Taisei. Saat itu, mereka membongkar The Grand Prince Hotel Akasaka di Tokyo. Gedung hotel yang awalnya punya 40 lantai, berhasil diruntuhkan setengahnya dalam waktu setahun.

Teknologi ini dikenal sebagai TECOREP. Sebuah inovasi yang memungkinkan pembongkaran gedung tanpa suara bising atau limbah material yang berlebihan. Tidak cuma itu, mereka juga memanfaatkan energi dari bangunan tersebut untuk didaur ulang.

Prosesnya melibatkan para pekerja yang memasang balok baja di lantai teratas gedung. Kemudian dibantu oleh 15 Jack hidrolik dan teknologi canggih lainnya. Bantuan tersebut mampu menghancurkan satu lantai penuh dalam satu waktu. Menariknya, prinsip katrol juga digunakan untuk mendaur ulang material limbah menjadi energi listrik. Yang mana, nantinya digunakan untuk pencahayaan dan sistem ventilasi selama proses pembongkaran berlangsung.

Itulah beberapa teknik dalam pembongkaran bangunan. Meskipun mungkin teknologi pembongkaran terus berkembang, tapi proses ini masih menghadapi beberapa tantangan. Seperti misalnya risiko kecelakaan kerja, polusi suara dan debu, serta biaya yang tinggi karena peralatan dan tenaga ahli yang diperlukan. Selain itu, ada juga aturan ketat dari pemerintah yang menghimbau untuk mengurangi dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan.

Pembongkaran bangunan tidak hanya soal menghancurkan saja, ya. Tapi juga butuh perencanaan yang hati-hati dan teknik yang tepat. Pemilihan teknik pembongkaran juga harus melihat jenis bangunannya, lokasi, anggaran, serta dampaknya untuk lingkungan. Dengan teknologi yang makin berkembang saat ini, diharapkan pembongkaran bisa menjadi lebih aman, efisien, dan juga ramah lingkungan.

Pekerja dan Pembelajar Intelektual Penulis Artikel, Buku, Skenario Film, dan segala turunannya Konten Kreator Tiktok, Youtube, Meta, dan lainnya "Kalaui kerja sekedar kerja, Kera pun kerja" - Buya Hamka