Pernahkah kamu membayangkan bagaimana rasanya tinggal di rumah yang minim cahaya alami? Pasti ruangan akan terasa pengap dan tidak nyaman. Inilah mengapa pencahayaan alami sangat penting, apalagi jika kamu menginginkan suasana yang lebih segar dan terang. Salah satu cara mendapatkan pencahayaan alami di rumah dengan menerapkan teknik pencahayaan aktif. -MegaBaja.co.id
Selain membuat rumah terasa lebih luas dan terang, pencahayaan alami juga membawa banyak manfaat bagi kesehatan sekaligus menghemat energi.
Sebelum mengenal apa itu teknik pencahayaan aktif yang bisa kamu terapkan di rumah, ada baiknya ketahui dulu alasan mengapa pencahayaan alami itu penting.
Kenapa Pencahayaan Alami Penting?
Seberapa penting pencahayaan alami di dalam ruangan? Berikut ini beberapa alasan mengapa kamu harus memiliki pencahayaan alami yang cukup di rumah:
1. Dari Segi Kesehatan
Terpapar cahaya lampu listrik terlalu banyak, terutama malam hari, bisa meningkatkan risiko penyakit serius seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, hingga kanker. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism.
Tubuh sebenarnya membutuhkan siklus pencahayaan yang sesuai. Pagi hari dengan cahaya terang bisa membuat lebih semangat, sementara di malam hari cahaya redup membuat tubuh siap untuk beristirahat.
Pencahayaan alami juga bisa membantu menjaga kelembapan ruangan. Kenapa ini penting? Ruangan lembab menjadi sarang ideal bagi bakteri dan jamur. Jamur yang tumbuh di dinding bisa menghasilkan zat beracun yang disebut mikotoksin, dan paparan zat ini berisiko buat kesehatan.
2. Dari Segi Ekonomi
Semakin banyak cahaya alami yang masuk, semakin sedikit lampu yang perlu dinyalakan. Artinya, tagihan listrik bisa lebih hemat! Mengandalkan pencahayaan buatan sepanjang waktu tentu membuat biaya listrik membengkak. Cahaya alami adalah cara yang efektif untuk mengurangi beban biaya.
3. Dari Segi Interior
Tidak hanya dari segi kesehatan, pencahayaan alami juga berguna untuk membuat interior rumah lebih menarik. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela atau pintu kaca bisa membuat sudut-sudut rumah yang gelap menjadi terang. Rumah kecil pun akan terasa lebih lega dengan pencahayaan alami yang pas.
Selain itu, sinar matahari juga membuat warna dan tekstur di ruangan lebih “keluar.” Warna cat dinding atau furniture akan terlihat lebih hidup, dan material seperti kayu atau kain menjadi lebih menarik.
Itulah beberapa alasan mengapa pencahayaan alami sangat penting. Namun, kamu juga perlu memperhatikan porsi pencahayaan alami yang didapatkan, jangan kurang dan jangan juga terlalu banyak. Cahaya yang masuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsi ruangan agar tetap nyaman dan tidak mengganggu aktivitas.
Pengertian Teknik Pencahayaan Aktif
Perlu diketahui, ada dua cara utama untuk memanfaatkan pencahayaan alami di dalam bangunan, yaitu teknik pencahayaan pasif dan teknik pencahayaan aktif. Teknik pasif lebih fokus pada memaksimalkan cahaya alami dengan mendesain bukaan cahaya seperti jendela atau ventilasi. Nah, teknik pencahayaan aktif sedikit berbeda.
Teknik pencahayaan aktif melibatkan penggunaan sistem tertentu untuk mengarahkan cahaya alami dari luar ke dalam ruangan, tepat ke titik yang diinginkan. Jadi, bukan sekadar mengandalkan cahaya matahari yang masuk begitu saja, tapi ada rekayasa alur cahaya agar lebih optimal.
Nah, untuk teknik pencahayaan aktif ini, ada beberapa jenis bukaan atau alat yang bisa digunakan, antara lain:
- Prismatic Skylight
- Light Shelf
- Reflector
- Heliostat
- Fiber-optic
- Light Tube atau Tubular Daylighting Device (TDD)
Dengan teknik pencahayaan aktif ini, kamu bisa mengoptimalkan cahaya alami di dalam bangunan tanpa harus sepenuhnya mengandalkan pencahayaan buatan. Hasilnya, ruangan tetap terang dan lebih hemat energi.
Mengenal Masing-masing Teknik Pencahayaan Aktif Lebih Dalam
Untuk memahami masing-masing teknik pencahayaan aktif yang bisa kamu gunakan, berikut ini pembahasannya yang lebih mendalam:
1. Prismatic Skylight
Teknik pencahayaan aktif satu ini termasuk jenis skylight yang lebih canggih. Bukan hanya bukaan di atap yang membiarkan sinar matahari masuk, tetapi juga dilengkapi dengan cermin berputar (rotating mirror). Berkat keberadaan rotating mirror, cahaya alami bisa diperkuat hingga 35 persen. Keren, bukan?
Meski pencahayaan yang dihasilkan prismatic skylight lebih terang, cahayanya tidak membuat silau karena tersebar rata (diffuse) ke seluruh ruangan. Rotating mirror-nya bisa berputar mengikuti arah sinar matahari berkat alat yang disebut sun-tracker atau pengontrol yang digerakkan oleh energi matahari. Alat ini bekerja otomatis karena dilengkapi solar cell sebagai sumber energinya.
Supaya cahayanya bisa fokus ke cermin berputar, ada semacam kubah (dome) yang berfungsi sebagai lensa luar. Lalu, lensa dalam yang terpasang pada rangka akan menyebarkan cahaya masuk ke dalam ruangan. Hasilnya, ruangan menjadi terang tanpa perlu banyak lampu tambahan.
2. Light Shelf
Pada sistem pencahayaan light shelf, digunakan semacam bidang pemantul (reflector) di bagian fasad bangunan. Tujuannya adalah memantulkan cahaya matahari ke dalam ruangan secara tidak langsung, sehingga cahayanya tidak membuat silau. Nah, penempatannya bisa di dalam ataupun di luar bangunan. Jika ditempatkan di luar, selain memantulkan cahaya, alat ini juga bisa memberi bayangan di sekitar jendela atau bukaan lainnya.
Namun, ada hal yang perlu diperhatikan, terutama soal sudut pantulannya. Sudut pantul dari light shelf tergantung arah datangnya sinar matahari yang terus berubah sepanjang hari. Karena sinar matahari juga membawa panas, sistem ini sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis seperti Indonesia, karena bisa membuat ruangan lebih panas.
3. Reflector
Selanjutnya, ada teknik pencahayaan aktif yang disebut dengan reflector. Ini merupakan sistem yang memanfaatkan pantulan cahaya alami untuk menerangi ruangan. Biasanya, reflector dipasang di dalam bangunan untuk memantulkan sinar matahari ke bagian yang gelap. Dengan begitu, cahayanya lebih terang tapi tidak membuat silau. Posisi pemasangan reflektor permanen, alias dipasang secara tetap atau tidak bisa digerakkan.
4. Heliostat
Terdapat dua alat pada heliostat, yakni reflektor yang bisa berputar dan reflektor tetap, yang digunakan untuk mengarahkan cahaya matahari ke dalam ruangan. Reflektor ini bisa bergerak mengikuti posisi matahari karena sudah dilengkapi dengan sistem kontrol yang menggunakan microprocessor. Jadi, cahaya matahari yang dipantulkan selalu diarahkan ke titik yang diinginkan, tanpa menimbulkan silau.
5. Fiber-Optic
Dalam sistem pencahayaan alami fiber optik, serat optik dimanfaatkan untuk mengalirkan cahaya matahari dari pengumpul (collector) di atap menuju lampu di dalam ruangan. Serat optik ini terbuat dari lapisan plastik dengan kerapatan berbeda, sehingga cahaya yang melewatinya tidak bisa kabur keluar begitu saja dari jalurnya.
Uniknya, serat optik pada fiber optic fleksibel. Jadi, kamu bisa membelokkannya sesuai kebutuhan. Jarak transmisinya pun cukup panjang, sehingga bisa menjangkau area yang tidak langsung berada di bawah atap.
6. Light Tube / Tubular Daylighting Device (TDD)
Berdasarkan namanya, light tube adalah sistem yang menggunakan pipa atau tabung untuk menyalurkan cahaya matahari dari atap ke dalam ruangan. Tabung yang digunakan biasanya sekitar 20 inci diameternya.
Pipa atau tabung ini punya desain reflector di bagian bawah dome (kubah) yang terbuat dari aluminium. Dengan begitu, cahaya matahari bisa dipantulkan hingga 98 persen ke dalam ruangan, bahkan saat matahari berada di sudut rendah. Ini membuat ruangan tetap terang meski sinar matahari tidak langsung.
Itulah beberapa teknik pencahayaan aktif untuk pencahayaan alami di dalam rumah atau berbagai bangunan lain. Semoga bisa memberikan inspirasi bagi kamu yang ingin memaksimalkan cahaya alami di rumah, ya!
Leave a Reply