Pernahkah kamu melihat bangunan yang bentuknya mirip setengah bola? Nah, itu adalah salah satu contoh elemen arsitektur yang dikenal dengan kubah atau dome. Biasanya, desain seperti ini sering dipakai di bangunan pemerintahan atau tempat ibadah. -MegaBaja.co.id
Dome sebenarnya sudah ada sejak zaman kuno. Kalau kamu pernah jalan-jalan ke Eropa dan melihat bangunan bersejarah, akan banyak terlihat kubah dipakai sebagai atapnya. Namun, apakah kamu penasaran bagaimana sejarahnya, apa saja jenisnya, dan bahan apa yang biasa dipakai di Indonesia? Yuk, kenali seputar dome dalam penjelasan artikel ini.
Apa Itu Dome?
Kata dome berasal dari bahasa Latin, Domus, yang berarti rumah. Namun, dalam konteks arsitektur, dome adalah cara yang efisien untuk menutup ruang besar dengan bentuk setengah bola yang bisa terlihat jelas dari atas.
Biasanya, kubah atau dome diletakkan di bagian paling tinggi dari bangunan, berfungsi sebagai atap. Kubah ini bertumpu pada rangka bangunan yang berbentuk petak dengan bantuan elemen transisi yang disebut pendentive.
Dari segi struktur, dome adalah elemen arsitektur yang menyerupai setengah bola dan bisa bertumpu langsung pada dinding atau kolom. Bisa juga menggunakan sistem pendukung seperti squinches atau pendentive untuk menyeimbangkan bentuk dari persegi atau persegi panjang ke dasar bulat.
Bagian atas dome bisa tertutup atau terbuka, tergantung fungsinya. Kadang, ada oculus di puncaknya, yaitu lubang kecil yang bisa ditutup dengan lentera atau dibiarkan terbuka.
Arsitektur dengan Dome yang Terkenal
Salah satu dome paling ikonik di dunia adalah yang ada di Taj Mahal, makam indah di Agra, India. Selain itu, banyak masjid di seluruh dunia, termasuk Indonesia, yang menggunakan kubah sebagai elemen desainnya. Tradisi ini sebenarnya berasal dari Anatolia dan sudah menyebar ke berbagai belahan dunia.
Sekarang, dome tidak hanya dipakai di bangunan ibadah saja. Kamu bisa menemukannya di gedung pemerintahan, stadion olahraga, sampai struktur-struktur besar lainnya.
Sejarah Dome
Dome sudah ada sejak ribuan tahun lalu, bahkan sejak zaman prasejarah. Dulu, dome sering dihubungkan dengan berbagai simbol, seperti tempat pemakaman, gambaran surga, atau sebagai lambang kekuasaan pemerintahan. Bentuknya yang unik ini ternyata bisa dibuat dari berbagai bahan, mulai dari lumpur, batu, salju, kayu, bata, logam, kaca, beton, logam, dan bahkan plastik.
Di masa lalu, dome pertama kali ditemukan di Mesopotamia kuno. Seiring waktu, arsitektur dome ini juga muncul di Romawi, Persia, Cina kuno, dan tradisi bangunan di banyak budaya lain di dunia. Dome juga menjadi ciri khas dalam arsitektur Bizantium dan Sasanian, yang kemudian mempengaruhi gaya bangunan di seluruh Eropa dan negara-negara Islam selama Abad Pertengahan.
Pada awalnya, dome lebih sering digunakan untuk bangunan kecil seperti gubuk atau makam. Namun, dengan berkembangnya teknologi konstruksi, dome mulai dipakai untuk bangunan-bangunan besar dan megah. Dari sinilah dome berkembang menjadi simbol keindahan arsitektur yang sering terlihat di katedral, gedung parlemen, dan stadion olahraga besar di zaman modern ini.
Jenis-jenis Dome
Di berbagai belahan dunia, kubah atau dome punya banyak variasi bentuk. Nah, berikut beberapa jenis dome yang sering ditemukan:
1. Pavilion Dome
Kubah pavilion punya banyak sebutan, mulai dari kubah poligonal, kubah layar, kubah cekung, hingga kubah piring. Intinya, bentuknya poligonal jika dilihat dari penampang horizontal. Contoh ikonik dari kubah ini adalah kubah segi delapan karya Filippo Brunelleschi yang ada di atas Katedral Florence.
2. Beehive Dome
Kubah ini memiliki bentuk menyerupai sarang lebah, itulah yang membuatnya disebut sebagai beehive dome. Nama lainnya adalah kubah korbel. Salah satu contoh paling terkenal dari jenis ini adalah Treasury of Atreus yang berasal dari peradaban Mycenaean.
3. Elliptical Dome
Ada pula jenis kubah elips atau elliptical dome sering dijumpai di bangunan modern. Ciri khasnya adalah permukaan yang terbentuk dari rotasi di sekitar sumbu vertikal semi-elips, membuat alasnya melingkar. Jenis kubah ini merupakan salah satu variasi dari kubah melingkar.
4. Geodesic Dome
Dengan bentuknya yang unik, geodesic dome terdiri dari rangka segitiga yang disusun dalam pola polyhedron. Kubah ini dirancang menggunakan elemen-elemen sederhana yang dihubungkan untuk menyebarkan gaya internal secara efisien.
5. Compound Dome
Kubah ini disebut compound karena bentuknya majemuk dan berlapis. Di bawahnya ada pendentif yang menopang kubah dengan diameter lebih kecil di atasnya. Salah satu bangunan terkenal yang mengadopsi desain ini adalah Hagia Sophia di Istanbul.
Setiap jenis dome mempunyai keunikan dan fungsi masing-masing, tergantung dari arsitektur dan kebutuhan bangunannya.
Material Dome di Indonesia
Di Indonesia, dome biasanya dibuat dari berbagai bahan, tergantung kebutuhan dan kondisi bangunannya. Meski batu bata dan beton dulu sering dipakai, sekarang ada lebih banyak pilihan material untuk kubah modern. Berikut ini beberapa di antaranya:
1. Dome Beton
Beton dikenal karena kekuatannya yang luar biasa, sehingga sering dipilih sebagai bahan untuk kubah. Dome dari beton biasanya dihiasi dengan motif tertentu agar tampilannya lebih menarik, terutama pada bangunan seperti masjid.
Namun, kelemahannya, kubah beton ini sangat berat dan proses pembuatannya membutuhkan banyak tenaga. Ini berarti biaya konstruksinya juga bisa lebih tinggi.
2. Enamel
Dome dari enamel mempunyai banyak kelebihan. Meski terlihat kokoh, sebenarnya bahannya ringan. Warnanya pun tajam dan menarik, sehingga memberi kesan cerah pada bangunan. Selain itu, dome dari enamel lebih tahan bocor dibandingkan dengan bahan lain dan cukup mudah diperbaiki jika ada kerusakan.
3. Galvalum
Material galvalum cukup populer di Indonesia, terutama untuk kubah masjid. Keunggulannya adalah tahan karat dan memiliki daya rekat yang baik, sehingga kubah dari galvalum tidak mudah rusak meskipun terpapar panas.
Selain itu, bahan galvalum bisa dicat dengan berbagai corak dan warna sesuai selera. Kubah galvalum bisa bertahan hingga 10 tahun dan mudah dicat ulang saat warnanya mulai memudar.
4. Stainless Steel
Kubah berbahan stainless steel sering menjadi pilihan karena ringan dan harganya lebih terjangkau. Salah satu kelebihan utamanya adalah ketahanannya terhadap karat, membuatnya lebih awet.
Namun, stainless steel ini biasanya hanya memiliki satu warna, yaitu warna asli yang mengkilap, khas bahan stainless steel. Tidak bisa dicat ulang seperti bahan lainnya, tetapi tetap memberikan tampilan modern yang elegan.
Dengan perkembangan teknologi konstruksi, penggunaan dome kini semakin fleksibel dan variatif, tidak hanya terbatas pada bangunan tradisional atau tempat ibadah saja.Dome juga bukan hanya sekadar elemen dekoratif, tetapi juga memiliki peran penting dalam kekuatan dan keindahan sebuah bangunan.
Pilihan materialnya menawarkan keunggulan tersendiri, baik dari segi estetika maupun daya tahan. Setiap bangunan dapat disesuaikan dengan material yang paling cocok, tergantung dari kebutuhan desain, biaya, dan lingkungan tempat bangunan tersebut didirikan.
Pada akhirnya, dome tetap menjadi salah satu elemen arsitektur yang tak lekang oleh waktu. Elemen ini menjadi simbol keindahan dan kekuatan yang terus bertahan di berbagai era dan budaya.
Leave a Reply