Antropometri dalam Arsitektur_ Cara Mendesain Ruang Sesuai dengan Kebutuhan Manusia
Antropometri dalam Arsitektur_ Cara Mendesain Ruang Sesuai dengan Kebutuhan Manusia

Antropometri dalam Arsitektur: Cara Mendesain Ruang Sesuai dengan Kebutuhan Manusia

Pernah nggak sih kamu merasa sebuah kursi terlalu tinggi, meja terlalu rendah, atau pintu terasa sempit? Hal semacam ini sebenarnya bukanlah kebetulan. Tapi ini berkaitan dengan bagaimana ruang dan benda di sekitar kita dirancang sesuai dengan tubuh manusia. Dan disinilah antropometri berperan. -MegaBaja.co.id

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari ukuran dan proporsi tubuh manusia. Ilmu ini memiliki peran besar dalam arsitektur dan desain interior untuk membuat ruang dan furniture yang nyaman serta fungsional.

Artikel ini akan membahas sejarah dan bagaimana penerapannya dalam berbagai desain. Dengan memahami antropometri dengan baik, arsitek dan desainer interior bisa menciptakan desain yang tidak hanya menarik secara visual, tapi juga nyaman dan pas untuk penggunanya.

Pengertian Antropometri

Pengertian Antropometri
Pengertian Antropometri

Antropometri dalam arsitektur adalah studi untuk mengukur dan memahami ukuran tubuh manusia. Antropometri digunakan untuk membuat desain ruang, furnitur, dan elemen lainnya yang nyaman dan pas dipakai.

Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan yang kita tempati tidak hanya enak dilihat, tapi juga fungsional dan sesuai dengan kebutuhan orang yang akan menggunakannya. Selain itu, antropometri juga mempertimbangkan perbedaan ukuran dan bentuk tubuh di berbagai budaya, sehingga hasilnya lebih inklusif dan cocok untuk pengguna yang beragam.

Nah, jika dibedah lebih dalam, ada dua jenis antropometri dalam arsitektur, yaitu statis dan fungsional. Antropometri statis lebih fokus pada pengukuran ukuran tubuh manusia untuk memastikan semua elemen desain sesuai dengan proporsi tubuh. Contohnya pengukuran ukuran tubuh saat dalam keadaan diam atau saat menggunakan furniture dan perangkat. Seperti kursi, meja, tempat tidur, atau alat bantu mobilitas.

Sementara itu, antropometri fungsional lebih menitikberatkan bagaimana orang bergerak dan berinteraksi dengan ruang di sekitarnya. Kombinasi keduanya membuat desain tidak hanya tentang angka-angka. Seperti menjangkau sesuatu, bermanuver, bergerak, dan bagaimana orang menggunakan ruang serta peralatan dalam aktivitas sehari-hari. Tapi juga soal kenyamanan dan pengalaman pengguna dalam beraktivitas di dalam ruang yang dirancang.

Pengukuran antropometri biasanya mencakup beberapa aspek, seperti:

  • Ukuran, misalnya tinggi badan, berat, luas permukaan tubuh, dan volume.
  • Struktur, seperti tinggi, lebar, atau panjang berbagai bagian tubuh.
  • Komposisi tubuh, misalnya persentase lemak, kadar air, dan massa tubuh manusia.

Sejarah Istilah Antropometri

Antropometri, metode ilmiah untuk mengukur proporsi tubuh manusia, sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno. Alphonse Bertillon, seorang antropolog asal Prancis, kemudian mengenalkan konsep Bertillonage. Yaitu sistem pengukuran bagian tubuh untuk membuat profil unik seseorang.

Tapi sebenarnya, istilah “antropometri” telah muncul lebih dulu, kemungkinan sekitar pertengahan abad ke-19. Sir Francis Galton, yang juga sepupu dari Charles Darwin, ikut mempopulerkan istilah ini dan memiliki pengaruh besar di bidang statistik, genetika, dan eugenika. Hasil kerja mereka menjadi dasar untuk pengukuran sistematis karakteristik fisik manusia.

Antropometri memiliki peran penting dalam desain arsitektur, menciptakan bangunan yang lebih selaras dengan bentuk dan kebutuhan tubuh manusia. Dari bahasa Yunani “anthropos” (manusia) dan “metron” (ukuran), antropometri fokus mengukur dimensi dan kemampuan tubuh manusia. Yang pada intinya, bangunan harus menyesuaikan diri dengan manusia, bukan sebaliknya.

Akan tetapi antropometri bukan hanya soal angka dan ukuran. Lebih dari itu, antropometri adalah cerita yang tertanam dalam filosofi desain. Yang mana mampu memastikan bangunan tidak hanya nyaman dan fungsional, tapi juga estetis dan tepat untuk penghuninya.

Aplikasi Antropometri dalam Arsitektur dan Desain

Setelah memahami konsep dasar dari antropometri, mari kita lihat lebih dalam bagaimana antropometri diaplikasikan dalam dunia arsitektur dan desain.

Desain Ergonomis

Desain Ergonomis dalam arsitektur tidak bisa dipisahkan dari antropometri. Karena, ilmu ini membantu menciptakan ruang dan benda yang sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan pengguna. Dari furniture, ruang kerja, sampai tempat duduk, semuanya harus memiliki ukuran yang pas supaya nyaman digunakan siapa saja. Selain itu, data antropometri juga menentukan posisi benda penting dalam jangkauan yang tepat agar mudah diakses termasuk untuk orang dengan mobilitas terbatas.

Contoh dari Desain ergonomis ini adalah tinggi standar meja kerja yang biasanya sekitar 70-75 cm. Karena rentang ini dianggap ideal untuk kebanyakan orang agar bisa bekerja nyaman tanpa membebani punggung dan lengan. Begitu pula tinggi meja dapur atau ketinggian wastafel yang dibuat untuk kenyamanan dan kemudahan akses.

Desain Ergonomis
Desain Ergonomis

Perencanaan Tata Ruang

Proses ini melibatkan penyusunan ruang dan elemen di dalamnya dengan tujuan agar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik fisik pengguna. Bisa dikatakan bahwa Antropometri adalah dasar dari perancangan tata ruang, membuat arsitek bisa menciptakan lingkungan yang tidak hanya enak dilihat tapi juga fungsional. Dengan begitu, ruangan yang mereka rancang benar-benar bisa dipakai dan dinikmati orang-orang yang tinggal atau beraktivitas di sana.

Sirkulasi

Sirkulasi dan aliran dalam arsitektur adalah tentang bagaimana orang bergerak di dalam suatu ruang. Agar navigasinya nyaman dan tidak ribet. Antropometri berperan penting dalam mengatur pola sirkulasi, membuat jalur yang efektif, dan merancang ruang yang sesuai untuk berbagai ukuran tubuh serta cara bergerak orang.

Maka dari itu, ilmu ini digunakan untuk desain koridor, pintu, tangga, lift, jalur lalu lintas, sampai tata letak tempat umum.  Seperti toko, rumah sakit, teater, museum, dan ruang pameran. Tujuannya agar ruang yang dibuat lebih ramah pengguna, nyaman, dan mudah diakses semua orang. Pendekatan ini menjadikan tempat lebih fungsional dan pengalaman orang di dalamnya lebih nyaman.

Desain Perkotaan

Untuk skala yang lebih besar, antropometri juga diterapkan dalam perencanaan kota. Trotoar, jalur sepeda, dan halte bus biasanya dirancang dengan mempertimbangkan pergerakan manusia agar lebih nyaman dan aman.

Sebagai contoh, lebar trotoar idealnya minimal 1,5 meter agar dua orang bisa berjalan berdampingan dengan nyaman. Lampu lalu lintas juga harus disesuaikan. Supaya pejalan kaki memiliki  waktu yang cukup untuk menyebrang berdasarkan kecepatan jalan rata-rata manusia.

Antropometri Digital

Terakhir ada antropometri digital yang merupakan cara modern untuk mengumpulkan dan mengolah data ukuran tubuh manusia. Cara ini memanfaatkan teknologi canggih seperti 3D, VR, AR, dan perangkat komputasi. Dengan pendekatan ini, arsitek bisa lebih akurat memahami dimensi manusia dan langsung menerapkannya dalam desain.

Teknologi ini bisa membuat desain menjadi lebih presisi, interaktif, dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Hasilnya adalah lingkungan yang lebih nyaman, responsif, dan benar-benar dirancang untuk berbagai tipe orang yang akan menggunakannya.

Ternyata, antropometri itu penting ya? Ini bukan hanya tentang angka-angka dan pengukuran saja. Tapi juga tentang bagaimana menciptakan ruangan yang nyaman dan ramah bagi pengguna. Nah, dengan kamu memahami ukuran dan proporsi tubuh manusia, arsitek dan desainer bisa menciptakan lingkungan yang lebih Ergonomis, fungsional, dan juga inklusif.

Jadi, jika lain kali kamu merasa suatu ruangan atau benar terasa pas dan nyaman digunakan, mungkin itu karena desainnya sudah menerapkan prinsip antropometri dengan baik. Semoga artikel ini bermanfaat!

Pekerja dan Pembelajar Intelektual Penulis Artikel, Buku, Skenario Film, dan segala turunannya Konten Kreator Tiktok, Youtube, Meta, dan lainnya "Kalaui kerja sekedar kerja, Kera pun kerja" - Buya Hamka